Non fiksi berdialog
Oleh orang yang selalu dibelakang anda
#wandira#
namun sebelumnya,
duduk Wandira dewasa dengan tetapan kosong di samping rebahan kesayangannya, sembari sesekali menatap kaca,sesekali melihat kakinya, sesekali membenarkan jilbabnya, tiba-tiba sosok mungil dengan paras yang anggun dan polos itu datang. Tanpa Wandira sadari si kecil ini menggengam tanganya, sedikit bencuil bahunya,
Dengan kaget Wandira bertanya?
"eh adek siapa? "tanya Wandira",
Lalu si mungil ini menjawab "namaku Wandira kak",
" kok sama, "ia kak," karena aku adalah kamu dan kamu adalah kita"
Wandira dewasa bingung dan belum menanyakan perihal kenapa si kecil ini mengaku bernama Wandira"
Tapi si kecil ini masih menggengam tanganya, halus sekali tangan anak ini"fikir Wandira". Tatapan mereka berdua sama, namun berbeda, raut mereka sama namun berbeda, jika tatapan Wandira dewasa kosong tatapan Wandira kecil begitu menyenangkan, jika raut Wandira dewasa sepi maka raut Wandira kecil begitu berseri,..
Bereselang beberapa menit dialog Itupun dimulai "
Wandira kecil" kak boleh tidak aku bertanya"
Boleh??" sahut Wandira dewasa"
"Kenapa setiap orang mempunyai jalan hidup masing-masing kak? "
Lalu Wandira menjawab,
"mungkin sudah ada jalan yang mereka buat sebelumnya sehingga mereka melalui jalan itu"
Tiba-tiba Wandira kecil berfikir
"kemudian ia bertanya kembali" kenapa mereka hanya melalui jalan itu kak"
"mungkin karena mereka tak dapat menempuh banyak jalan (jalan hidup)"
Wandira kecil tak melanjutkan pertanyaan "ia melihat dengan seksama wajah Wandira dewasa"
"Kak" (Wandira Kecil)
"Emmmm" (Wandira Dewasa)
Wandira kecil: "kak boleh tolong ambilkan kertas dan pensil"
Wandira dewasa "Untuk apa"
Wandira kecil "ada dehh:
Wandira dewasa beranjak untuk menggambil kertas dan pensil"
nih..
"Emang mau buat apa"
"Aku mau menggambar pemandangan kak" karena jika di sekolah "aku selalu menggambar,,,,,
Wandira dewasa hanya menyaksikan apa yang si secil buat" sembari sesekali ia menatap wajah anak tersebut,
"tara udah jadi"
Wah gambar mu bagus juga dek"
"Tapi kenapa perbukitannya tak ada??" Tanya WD"
Karena nanti jika besar aku tak mau melihat Matahari ini tenggelam dari pandangan??"sahut Wandira kecil"
"Kok gitu"
"
Becanda kok"
"gini kak jika aku melukis perbukitan nanti saat dewasa jalan yang ku buat akan susah untuk aku tembus", aku harus naik bukit, turun bukit, pasti lelah"
"nga lah dek kan kita hidup memang butuh perjuangan agar jalan yang kita buat bisa di lalui"
Oh.. Gitu ya kak"...
"Artinya jalan yang aku tanya ke kakak tadi wajib di tempuh"??.
Ia walaupun kita sendiri yang buat"
"Kak"
"Apa?" : )
"Jika kelak aku dewasa dan memilih jalan yang aku buat" aku tak mau membebani masa sulit itu" aku hanya ingin terus melangkah sembari ku bersihkan kerikil yang tajam, ku tanam bunga di sisi kiri dan kanan agar kelak saat aku pulang jalan itu sudah indah,,
"Kakak ada yang mau ditanyakan tidak"
Wandira dewasa hanya menggelengkan kepala, "
Wandira kecil"Artinya kakak tak mau bertanya ya??"
Wandira dewasa:"Nga dek, kakak cuma pengen melihat kamu nantinya tumbuh dewasa", namun sebelum itu,
kakak boleh minta satu permintaan"??
Boleh kak"
"Kakak pengen"
" Mengusap rambut kamu yang lurus, megelus pipi mu yang bersih",
"Ia kak"
Suasana sekeketika sunyi...
Wandira kecil hanya bisa merasakan sebuah moment, dimana rambutnya yang lurus, pipinya yang halus di sentuh oleh wanita yang kelak dewasa itu adalah dirinya...,
Tiba-tiba"
"Wandira kecil, menumpahkan kebahagiaan melalui kedua matanya, ia menangis"
Si kecil berharap kelak "akan selalu diperlakukan begitu sampai ia tumbuh dewasa" harapnya...
Wejangan Wandira dewasa untuk Wandira kecil"
Wandira" jika lautan adalah hamparan maka perahu dan dayungmu jangan kau lepas, dan jika letihmu terhempas maka melangkahlah dengan riangnya,
Wandira kecil tiba-tiba memburam,..
pergi dengan senyum,
saat moment itu terjadi Wandira dewasa hanya dihadapkan oleh tiga hal..
"Kertas, pensil dan gambar"
Bukankah itu adalah hadiah......
Dari diri kecilmu...
Wandira....
0 komentar:
Posting Komentar