Asumsi Saya berbicara

Sebuah Movie"Hindi Medium" yang membuat teringat akan "saya adalah Alumni SDN 103 Curup yang namanya berubah menjadi SDN 10 Curup Tengah dan berubah menjadi SDN 135 Rejang Lebong, ada kata menarik dari sebuah sin" bukankah sekolah Negeri kekurangan dari segala hal di bandingkan sekolah Swasta yang fasilitas mendukung, yang hanya orang tertentu saja yang bisa masuk ke sana" lalu saya berfikir kembali ternyata kita dahulunya di lahir dan dididik dari sekolah yang sekarang sudah hampir 40% tidak di perhitungkan, bukankah kita terlahir dari sana dari ruang kumuh yang penuh sesak kapur dan debu, atap yang bolong yang jaring-jaringnya usang termakan usia, lalu apa bedanya pendidikkan, banggakah jika bisa menyekolahkan anak ditempat yang memadai, maka "ia bagi yang bisa"  dan mungkin mimpi bagi yang tak mampu". Ingat suatu saat ketika saya masuk ke SLTPN 2 Curup, ada kata buat saya dan teman saya ketika pagi itu kami melaksanakan senam, hanya ada dua helai baju olahraga Obor berwarna Hijau ia itulah sekolah Kami tercinta (karena hanya ada dua orang yang berasal dari SDN 103 Curup) , lalu apa bedanya saat anda disekolahkan ke tempat yang bagus, fasilitas mendukung, tetapi setelahnya bertemu juga di kampus yang sama, mungkin nantinya pekerjaan kita juga boleh jadi sama, hanya saya bisa bilang Intelektual kitalah yang berkembang menjadi pembeda, pengalaman juga bisa menjadi pembeda. Saya akan melahirkan kalimat baru "terkadang keberuntungan datang kepada orang yang beruntung,  terkadang keberuntungan juga menghapiri orang yang kurang beruntung namun sayangnya keberuntungan terkadang tak pernah menghampiri yang tak beruntung"  lalu apakah kita menyerah??,  jawabnya tidak, (berusahalah agar keberuntungan yang tak menghapiri kita menjadi tolak ukur dimana kita semestinya menjadi sangat beruntung). Sekolah jika lahannya dibuat menjadi didikan maka akan lahirlah para ulung namun jika lahannya dijadikan lahan bisnis maka lihatlah siapa yang ulung siapa yang tumbuh kelaknya.